Hei lelaki yang duduk dibangku sebelahku. Yang asik dengan dunia bukumu. Tenggelam diantara kalimat-kalimat imajinasi dan kertas-kertas fantasi. Aku tau buku itu, pernah ku baca waktu dulu, menarik, bercerita mengenai seorang perempuan terpelajar yang tinggal di kota yang melarangnya belajar. Sesekali kau seruput kopimu dan kau benarkan letak kacamatamu. Benda yang membingkai mata coklatmu. Warna matamu adalah karanganku, mana aku tau warna matamu. Bertatapan saja tidak pernah.
Aku tak pernah punya keberanian untuk menyapamu. Bukan hanya karena aku malu, tapi aku tidak ingin mengganggu kemesraanmu dengan kekasihmu. Bukumu adalah kekasihmu. Setidaknya itu yang tertulis pada kartu di atas mejamu. Sungguh menarik kekasihmu itu, pikirku.
Sesekali kau angkat kepalamu dari timbunan kata itu. Merubah posisi dudukmu dan kembali menyelam ke dalam bukumu. Menyetubuhi kekasihmu. Tubuh indah bergelombang itu.
Kamu dengan kekasihmu dan aku dengan kekasihku. Buku. Bukumu berbeda dengan buku ku.
Saling diam dengan dunia yang bersinggungan namun tidak beriringan. Menarik bukan?
Kamu bertemu seseorang di tempat yang baru, atau tempat yang biasa kau kunjungi, hanya saja bertemu orang baru, melihat betapa dunia banyak orang sering kali bersinggungan, tapi tidak selalu beriringan. Hanya diam saja disitu, terpaku.
Buatku, ini adalah cara yang menyenangkan untuk membunuh waktu. Bagaimana tidak, bertemu orang baru, bermesraan dengan kekasihku, dan ditemani minuman kesukaanku. Sempurna bukan?
Tidak perlu berbicara dengan orang baru itu, melihatnya saja sudah cukup buatku. Aku senang memperhatikan orang tanpa berkata apa-apa. Mengenalnya dalam diam, dengan caraku.
Aku suka aroma parfum mu. Tidak menyengat, lembut, tapi menyegarkan. Akan tercium setiap kali kau merubah posisi dudukmu dan setiap kali pendingin ruangan itu meniup tubuhmu.
Seperti halnya orang baru di tempat itu, orang-orang sepertimu akan datang dan pergi seiring waktu.
Kamu hanya singgah sementara waktu. Kemungkinan kembali dan bertemu kembali sama seperti kemungkinan aku menyapamu. 1 dengan 1000 kemungkinan, mungkin.
Namun aku masih akan tetap duduk di situ, di sudut yang sama, dengan kekasihku.
"kamu bagaikan buku yang tidak pernah tamat ku baca"
No comments:
Post a Comment