Sunday, December 2, 2018

Being Judge as Someone Who Has a Psychology Degree

When I was in university studying psychology, I said to myself so many times that if I can turn back the time, go when the time I was decided to choose my major. And bravely choose psychology without a second thought, I will not do that. I will think like hundred times to take that major.
For God sake what was I thinking that time. 4 years doing it, paper work every single day. 2 pages minimum every day. Report, analysis, diagnosis, practicum and many more. Lack of sleep, lack of free time, running out money for practicum, and many more.
But that's the sacrifice I have to do to get to this point in my life right now.
And all of that was worth it every single blood and tears.
People like to say
"oh, so you are a psychology student, so you can read people. I have to be careful around you, but please try to read me"
"ah you must be good at understanding people"
and many more like that

Believe me, studying psychology wasn’t like that at all. Not even close.

But luckily, 
I realized something when I was in my second years.

If I can turn back the time to the time when I was decided to choose my major. I will definitely choose psychology, again, without a second thought.
Psychology actually taught me a lot of things.
It's not like you think in your head right now.
Psychology didn't taught me to understand people better.
Psychology taught me to understand myself better.

Like one of it is when I found out that writing about what I feel can makes me feel better.
I am suck at expressing my emotion, instead of expressing it or saying it, I prefer to writing it.
It's not like writing a diary or something. I didn't do it all the time every day. Just when it necessary, to makes my chest feel lighter.
Because I can't say it so I write it. For me it's easier to write it than to say it.
But it doesn't mean I can't say what I feel, I do can, it's just I prefer writing it. Because I can control my language and my emotion better.
When I angry, I tend to be mean. Not like cursing or something, but worse, I say the truth not in a nice way. Amd people tend to can’t accept the truth, moreover when you don’t said it nicely.
Everyone has a different way to make themselves feel better. In my case, it's writing.

Psychology taught me to taking care of myself, because no one will gonna do that for you except yourself.
But, you can ask for help. a pro or just a friend.
And clearly it doesn't need psychology to care with other human being.
Because you don't need psychology to have empathy and sympathy.

That's why I hate it every time people say 
"of course you understand, that's your field, psychology, you understand how to treat people better"
No shit. you need psychology degree just to treat people better. Really?!!

No, I'm not. I didn't learn that from psychology.
I treat you good because I've been taught to treat people good. My parents taught me. Not psychology.
If you treat me bad and I keep treat you good, it doesn't mean I'm weak.
It means I clearly can control my emotion and you don't.
But if you keep treating me like shit, I can treat you worse.
That's what I learn from psychology, you can defense yourself, you have to defense yourself, protect yourself. No one will going to do it for you.
I'm a nice person until you push me to my end line.

Psychology didn't taught me to care about people better.
I care to people because I thought it's nice when someone care about you.
Because that's what I feel when someone care about me. It feels nice.

As simple as that.

but, again, if I care and you keep became a pain in the ass.
I can be a pain in the ass too.
There is a time I can stop caring, at all, if you keep wasting it, if you don't deserve it.

The act of caring doesn't need a psychology degree.
It just need a willingness.
As simple as that.

Thursday, November 29, 2018

Manila - Vanila

Akhirnya memiliki waktu menulis tentang Manila. Seminggu sudah lamanya.
Tidak, saya disini bukan untuk berlibur, melainkan untuk bekerja. Berlibur juga bisa, saya anggap ini bekerja sambil berlibur.

Senang rasanya pergi dari rutinitas Jakarta. Walaupun lingkungan baru seringkali membuatku mual dan sakit kepala. Tapi ada yang berbeda dengan mual dan sakit kepalanya, bertemu dengan tim baru yang sangat supportive menghilangkan sedikit mual dan sakit kepala.

Manila dan vanila

Tidak, ini bukan cerita mengenai seberapa manisnya rasa vanila di Manila atau orang bernama Vanila di Manila. Tapi mengenai manisnya cerita Manila semanis vanila.
Sungguh manis sehingga mampu membuatku lupa akan apapun yang terjadi di Jakarta. Manila hadir diwaktu yang sempurna.

Manila menghadirkan sepenggal kisah baru, lembaran buku baru, alunan musik baru, dan tentu saja
jalan cerita yang baru.

Bertemu gadis manis periang yang selalu tersenyum dan baik hati. Ia langsung saja merencanakan liburan bersama ke Indonesia. Ia selalu bilang "saya akan perkenalkan kamu pada pacar saya, saya harap kita bisa liburan bertiga bersama, akan lebih menyenangkan kalau kamu bisa membawa pasanganmu juga nanti, kencan liburan, atau bertiga tidak masalah, saya bisa mengenalkan kamu pada temen-teman saya hahaha"
Kami berjalan berkeliling kota, menonton pertunjukan musik dan cahaya, menyantap masakan khas manila dan berbincang banyak cerita.

Kemudian ada pria 30 tahun baik hati tidak suka gula yang senang menggoda. Mengaku dirinya idaman wanita, termasuk kedalam 10 besar pria yang diinginkan wanita ditempatnya bekerja katanya.
Memiliki kekasih selama 9 tahun tetapi belum yakin untuk menikahinya karena ingin mantap secara financial sebelum menikah.
Pandangan yang menarik bukan?
Menata diri dan hidup sendiri sebelum menyeret orang lain kedalamnya, yang terpenting, sebelum menghadirkan makhluk baru di dunia. Sungguh pandangan hidup yang mulia. Saya senang kami memiliki pandangan yang sama.

Tidak perlu memaksakan segala sesuatu kalau memang keadaan tidak mendukung untuk dilaksanakan. Mengerti benar mana yang mungkin mana yang tidak. Sadar penuh mana angan  dan harapan mana realita.
Tidak egois memikirkan keinginan sendiri semata.

Nikmati saja dulu yang ada sambil menyusun rencana dan menata yang sudah ada untuk lebih baik dari sebelumnya. Jangan menyeret orang lain kedalam sesuatu yang tidak seharusnya ia hadapai.
Ah seandainya semua laki-laki memiliki pandangan yang sama.
Saya rasa ini salah satu hal yang membuat saya senang berbicara dengannya, karena tidak hanya pandai tapi juga realistis menjejak realita dunia.

Dan mereka berdua senang mengacak-acak kamar apartemen saya. Menggeledah isinya berharap menemukan keajaiban di kolong kasur atau dibalik pintu lemari. Memindahkan letak bantal di sofa kemudian tertawa terbelalak saat menemukan sesuatu yang tak biasa. Mengotori karpet apartemen dengan sepatunya. Sungguh hari-hari dan malam-malam yang menyenangkan.

Ada pula atasan India yang tegap tinggi besar yang sangat sopan, baik hati, rapi, terstruktur, dan memiliki kesukaan yang sama dengan saya. Selalu siap membantu kesulitan siapapun, tidak hanya tim nya saja. Bahkan orang yang tidak ia kenal dijalanan Manila atau di restauran tengan kota.
Membantu temannya membawa kardus belanja, menuangkan makanan dan minuman untuk saya, memperhatikan menu makanan yang bisa saya santap, dan memastikan ia berjalan tidak terlalu cepat karena kakinya yang sangat panjang, kami memiliki perbedaan panjang tubuh 30cm. Sungguh bukan jarak yang pendek untuk perbedaan tinggi badan.

Bertemu dengan atasan rock&roll yang memiliki banyak tatto ditubuhnya yang sangat nyaman dengan dirinya. Tidak segan bercanda dengan tim nya dan memiliki kelinci putih bernama ikan.

Tidak berakhir sampai disitu saja. Ada juga atasan cantik pendiam yang sangat perhatian dan keibuan.

Bertemu gadis imut bergigi tupai yang memberikan begitu banyak cinderamata dari Korea. Ini bahkan pertama kalinya kami bertemu di Manila. Sebelumnya kami hanya berbicara melalui pesan suara.

Kami datang dari berbagai negara dan disatukan di Manila.
Menarik bukan?

Melakukan banyak kegiatan dan pekerjaan bersama.
Minum anggur merah berasama kelinci putih.

Bekerja bersama mereka membuka pandangan baru tentang dunia. Memberikan sudut pandang lain tentang kehidupan. Seluruh aspek kehidupan. Keluarga, pekerjaan, pertemanan, percintaan, sebutkan semua. Kami bahas setiap malam setelah bekerja ditemani daging dan anggur.
Sungguh beruntung bisa dipertemukan dengan mereka. Memiliki banyak pandangan tentang bekerja dan kehidupan, dan tidak segan untuk berbagi cerita. Usia kami cukup terpaut jauh berbeda, tapi hampir tidak ada batasan saat bertukar cerita. Pandangan kami tidak selalu sama, tapi itu tidak menghentikan kami untuk bertukar cerita.

Manila membuatku menyadari seberapa aku menyukai pekerjaanku. bertemu dengan orang dari berbagai negara, berbagai budaya, berbagai persona. Seberapa aku menikmati apa yang aku kerjakan walupun dilain sisi pekerjaanku juga bisa membuatku tertekan dan menggila. Menangis dan tertawa sudah terlewati semua. Seperti dua mata pisau bukan hahahaha
Tapi semua itu terbayarkan saat kamu sadar seberapa banyak ilmu dan pengalaman yang kamu dapatkan.

Beberapa teman bertanya "kenapa tidak bekerja diperusahaan lokal saja atau dipemerintahan? kamu kan perempuan, kamu akan memiliki lebih banyak waktu luang, jangan hanya karena uang kamu mengorbankan waktumu dan kesenanganmu. jangan terlalu ambisius jadi perempuan, nanti laki-laki takut"
Saya selalu menjawab "saya tidak merasa mengorbankan apapun, ini adalah buah dari pengorbanan saya beberapa tahun lalu, apa yang saya dapatkan sekarang, apa yang saya miliki sekarang, apa yang saya bisa lakukan sekarang, tidak akan terjadi tanpa usaha dan pengorbanan, bagaimana pengorbanan saya adalah urusan saya, bagaimana saya menentukan prioritas hidup saya adalah urusan saya"
"hidup saya sekarang tidak akan saya dapatkan jika saya mendengarkan kalian. bekerja di perusahaan multinasional adalah cita-cita saya sejak saya duduk dibangku SMP. saya hidup menuju mimpi saya sekarang. mimpi yang saya bangun, dan saya tidak akan membiarkan siapapun merusaknya"
"saya mengatur waktu luang saya, saya tetap dapat bermain dengan teman-teman saya, bermain dengan keluarga saya, melakukan hobi saya, bahkan pergi liburan. saya tidak merasa saya kekurangan waktu luang"
"saya yang menentukan bagaimana saya mengisi waktu saya dan jika laki-laki itu tidak bisa mengimbangi saya, maka itu bukan urusan saya. lagipula terlalu sempit untuk membatasi hidup saya sebatas pikiran laki-laki mana yang akan bisa mengimbangi saya nanti. sungguh merugikan"

Saya tidak perlu memiliki telepon genggam paling canggih keluaran terbaru atau mobil paling bagus keluaran terbaru. Saya bahkan tidak bisa mengendarai mobil. Saya pergi menggunakan kendaraan umum atau taksi online. Saya bahkan tidak bisa memaksimalkan penggunaan telepon genggam saya, tidak tertarik juga untuk melakukannya. Saya tidak banyak mempublikasikan waktu dan tempat liburan saya. Saya bahkan seringnya lupa saya membawa camera saat saya sedang berlibur. Saya menikmati liburan saya tanpa sibuk mengambil gambar.

Kualitas hidup saya tidak diukur atau ditentukan dari apa telpon genggam saya, apa mobil saya, atau dimana tempat liburan saya. Dan tentu saja tidak ditentukan apa kata orang tentang saya.

Orang hanya melihat apa yang mereka ingin lihat, percaya apa yang mereka ingin percaya, dan mendengar apa yang mereka ingin dengar. Sungguh bukan penilaian adil yang perlu saya ambil pusing.

Beruntungnya saya bekerja ditempat ini bersama tim yang memiliki pikiran terbuka. Dan ya tidak perlu khawatir tentang laki-laki, banyak laki-laki ditempat saya bekerja yang tidak takut dengan wanita yang mempunyai mimpi dan ambisi.

Untuk saya mimpi dan ambisi adalah salah satu hal yang membuat saya merasa hidup.

Tapi yang pasti adalah,
Saya menjalani hidup yang saya inginkan, dan ini barulah permulaan.

Tapi tidakkah rindu Jakarta?
Tentu saja saya rindu Jakarta. Jakarta adalah tempat dimana semua makhluk hidup yang saya sayangi berada. Jakarta adalah kota yang juga mengajarkan saya banyak hal, mengambil peran terbesar dalam hidup saya.Manila tidak akan bisa menggantikan posisi Jakarta. Lebih tepatnya, Manila tidak perlu menggantikan Jakarta. Manila dna Jakarta memiliki tempatnya masing-masing yang tidak bisa digantikan nantinya. Karena di Jakarta rumah saya berada, tapi rumah saya tidak pernah menghentikan mimpi saya, rumah saya selalu mendukung mimpi saya. Mungkin suatu saat nanti saya akan menemukan rumah baru, tapi rumah pertama, sampai kapanpun tak akan tergantikan.

Manila Vanila
Manila memulai kisah semanis vanila :)

Sunday, November 4, 2018

I Forgive You, Not For You, But For Me

If someday I decided that I'm better with myself.
If someday I decided that I can't do it with anyone else.
or need a long time to start with the new one.
Believe me it's because of you.
Absolutely because of you.
No fucking doubt.

It's not because you set the standard too high
Not because no one can't do what you did
Not because you did everything right

But because you make me learn that you can't trust anyone.
Even the one you love the most.

You taught me that.

When I met you, I was thought I've finally found someone I can trust.
I learn to trust you, little by little.
Because after everything that happened before you, somehow you show me that you can be trusted.

But then, you show me otherwise.

You broke he trust like anybody else before you.

No shit I was devastated. I told you everything.
Every single thing.

It took me everything I got to learn to trust you.
Even harder to open up.

But you just did the same thing exactly just like him.

If someday I decided that I won't go deeper in any kind of relationship.

That's on you.

Of course I blame you for everything.

At first at least.

Because you deserve it.

I have every right to get angry with you.
I have every right to mad at you.
I have every right to hate you.

Damn you for ever dare to did that to me.

But then I remember.
Blame everything to you didn't change any damn thing.

I remember what "blaming" did to your whole life.
I remember what "anger" did to your whole life.

I don't want it.
I don't want it to happen to me.
I don't need that to happen to me.

So I forgive you.
Not for you.
For me.
For the sake of my mental health being.
Because I need to make peace with myself.
That I ever did a stupid thing in my life, such as trusting you.

I let that sink....

Because I want to be happy.
I don't wanna be miserable.
I want to be happy. Forgive you and move on, then be happy with my life.

I don't care about the weight you have to carry.
I care about the weight I have to carry.
And I don't want to carry this.

For now, I'm not okay.
I'm not okay at all.
But that's okay
Because you taught me to embrace my feeling and emotion. I thank you for that.

But now, I'm not okay.
And that's okay.
It's okay to not feel okay now...

I will heal.
Absolutely, I will.
And I will learn to trust again.
When I met someone that worth to be trusted, I will trust again.

Sunday, October 14, 2018

My destruction and My Salvation

Life is a funny thing you know.
It has hobby and ability to knock you down every time you think everything is fine under your control.
I am here still waiting.
It is exhausting. So bloody exhausting have to questioning everything all the time. I feel like a grenade which can explode anytime. I still have my doubts.
How could I trust you?
How could I believe you?
Why should I?
I ask myself, "So, how many more confirmations do you need for what you already know?"
Sometimes, I wonder what kind of direction my life would've taken if I had never met you that night down by the water. I can't decide if it would be better or worse, and that's what scares me most about all of this. For all of the alternatives and potential situations I give myself about what could've happened had I never agreed to meet you that day. I still can't decide if I actually, truly, wish I had never met you. I think there's a part of me, no matter how badly you hurt me, that will always be so grateful to have had the chance to know you. For as much as you broke me, you made me whole in different ways.
I am damaged at best. Like you've already figured out. You got inside my head. Tried my best to be guarded. I'm an open book instead.
The broken locks were a warning. I'm falling apart when that happened. I'm barely breathing for almost a week. I'm barely holding on to you.
Hanging on another day. Just to see what you will throw my way. And I'm hanging on to the words you say. You said that I will, will be OK
If you've taught me anything, it's that loving you was both my destruction, and my salvation.